Senin, 24 Maret 2014

Teori Ekologi Bronfenbrenner



Menurut sudut pandang kontekstual, perkembangan harus dipahami dalam konteks sosialnya. Kaum kontekstual melihat individu bukan sebagai entitas yang terpisah yang berinteraksi dengan lingkungan, tetapi bagian yang tidak terpisah dari lingkungan. Salah satu teori yang menjelaskan tentang pandangan kontekstual ini adalah teori ekologi yang dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner.


Urie Bronfenbrenner adalah seorang psikolog lulusan Universitas Cornell, lalu melanjutkan gelar Master dari Universitas Harvard dan pada tahun 1942 menerima gelar Doktor dari Universitas Michigan. Bronfenbrenner memiliki ketertarikan yang besar tentang bagaimana interaksi dengan lingkungan tempat tinggal anak, memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan anak. Bronfenbrenner membagi lima sistem lingkungan tersebut sebagai mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem dan kronosistem. 

Mikrosistem   adalah suatu lingkungan dimana individu paling banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi secara bertatap muka. Beberapa konteks dalam lingkungan mikrosistem ini bisa juga dikatakan sebagai lingkungan yang paling dekat dengan pribadi setiap individu seperti keluarga, sekolah, teman sebaya, tetangga, dan tempat kerja. Bronfenbrenner mengatakan bahwa setiap individu memiliki hubungan  timbal balik dengan lingkungannya. Sebagai contohnya adalah dalam lingkungan sekolah ketika saya mampu mengerjakan PR dengan hasil maksimal, kemudian gurunya saya pun meresponnya dengan pujian. Pujian tersebut membuat saya menjadi lebih percaya diri dan saya termotivasi untuk terus dapat menyelesaikan PR dengan maksimal. Begitu juga sebaliknya, hasil PR saya yang maksimal itu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi guru saya.

Mesosistem   adalah interaksi antara dua atau beberapa mikrosistem contohnya meliputi hubungan antara guru dengan orang tua, pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga dan pengalaman keluarga dengan pengalaman kelompok teman sebaya. Misalnya, dalam lingkungan keluarga, saya diajarkan untuk selalu menghargai orang lain dalam segala perbedaan yang ada. Kemudian ajaran itu saya praktekkan melalui interaksi dengan lingkungan teman sebaya/teman bermain yang berasal dari berbagai kalangan, etnis dan agama. Selain itu perhatian pada mesosistem dapat memberi tahu kita mengenai apakah ada perbedaan perilaku orang pada lingkungan yang berbeda-beda, misalnya saya ketika di rumah lebih suka menyendiri di dalam kamar namun di kampus justru lebih suka bergaul dan bergabung dengan teman-teman saya.

Eksosistem   adalah sama seperti mesosistem melibatkan pengalaman-pengalaman dari beberapa mikrosistem, bedanya adalah individu tidak berperan aktif dalam suatu mikrosistem namun mikrosistem tersebut memberikan pengaruh terhadap apa yang individu alami dalam konteks mereka sendiri. Contohnya adalah ketika terjadi pertengkaran atau permasalahan dalam lingkungan keluarga, hal tersebut secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap menurunnya semangat belajar saya di kampus.


Makrosistem   adalah keseluruhan pola budaya atau kultur dimana individu tersebut hidup. Kultur adalah istilah luas yang meliputi berbagai nilai, keyakinan, kebiasaan, adat istiadat, ideologi negara, peran etnis dan sosioekonomi. Di berbagai belahan dunia memiliki kultur yang berbeda-beda, karena itu lah dalam makrosistem ini tidak dapat digeneralisasikan. Sebagai contoh dari aspek sosioekonomi, saya yang terlahir di keluarga yang sederhana telah mempengaruhi perkembangan saya menjadi seorang anak yang hemat dan bijaksana mempergunakan uang hanya untuk hal-hal yang memang penting bagi kebutuhan saya.

Kronosistem   adalah peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan kondisi sosiohistoris yang mempresentasikan perubahan dalam dunia seseorang. Hal ini dapat mencakup berbagai perubahan dalam komposisi keluarga, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, serta peristiwa-peristiwa yang lebih besar seperti perang atau bencana alam. Contohnya adalah bagaimana awalnya saya yang tinggal dalam keluarga yang utuh tumbuh sebagai anak yang manja dan ceria, berubah menjadi anak yang minder dan cenderung tertutup setelah orang tua saya bercerai.

Aplikasi Teori Bronfenbrenner Dalam Dunia Pendidikan

Melalui teori ekologi Bronfenbrenner kita dapat melihat bagaimana sistem lingkungan sebagai tempat berinteraksi memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan seseorang. Sebagai contoh konkret adalah ketika ada seorang anak yang nakal di sekolah dan suka melawan gurunya. Kita dapat melihat bahwa mungkin ada keterlibatan aspek lingkungan yang mempengaruhi atau menyebabkan perilaku buruk anak tersebut. Mungkin orang tua nya suka memarahi dan memukulnya ketika di rumah, sehingga lingkungan sekolah menjadi tempat pelampiasannya sebagai perlawanan terhadap tindakan orang tua nya. Karena itu lah sebagai pendidik, diharapkan dapat lebih peka dan memahami bagaimana seorang anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan-lingkungan yang saling terkait. Selanjutnya pendidik bertindak untuk membantu anak tersebut mengatasi masalah interaksi dengan lingkungannya.

Penting untuk menjalin komunikasi yang baik dan intens antara guru dan orang tua. Hal ini bertujuan untuk  memonitori kemajuan perkembangan anak dan bersama-sama mencari solusi dari perkembangan negatif yang muncul pada seorang anak. Dengan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua ini, diharapkan seorang anak dapat tumbuh dan berkembang dalam sistem lingkungan yang lebih nyaman dan mengarahkan perkembangan anak ke arah yang positif.

 By Sinta Meilastry, Kelompok 9 Genap

0 komentar:

Posting Komentar